Selasa, 14 Oktober 2014

PEDIH DALAM SEDIH


Oleh:Theodorus Silvano Kerans  
Langkah kakiku terhenti oleh sebuah foto yang berada di depan kakiku. Di kala itu aku hendak pulang ke rumah ibuku. Aku bingung, sejenak berdiam diri memangdang foto itu. “Siapakah dia?” Tanyaku dalam hati. Segera aku masukkan foto itu kedalam sakuku dan aku hendak meneruskan perjalananku. Di sepanjang perjalananku, aku memandang foto itu untuk kesekian kalinya.
Sesampainya  di rumah, aku terhenti ketika Ibu bertanya kepadaku “Nak dari mana?” “Habis ngamen bu... Ibu ada masak ga? Aku laper banget!” tanyaku. Dengan mimik muka yang bersalah Ibu menjawab “maaf nak ibu ga masak. Hari ini ibu ga dapet uang sama sekali.” “ya udah bu gapapa, aku tadi dapet uang kok pas ngamen, mungkin cukup buat kita makan 1 hari ini.” Ibu pun tersenyum, namun aku tahu sebenarnya Ibu tidak rela kalau aku yang membeli makanan untuk hari ini.
***

Keesokan harinya,pagi-pagi benar aku sudah bangun. Aku membantu Ibu
mencuci baju, dan mengurusi rumah. Setelah semuanya selesai, tiba-tiba ada seorang gadis
yang mungkin seumuranku. Ia memanggilku dari seberang jalan sana, aku menghampirinya
dan bertanya “kenapa kak?” Ia menjawab “Ga usah manggil kak, panggil aja aku Vania. Nama kamu siapa? Aku tetangga barumu looohh!” “Oh kak Vania..eh Vania aku Jordy. Rumah sebesar ini rumahmu? Wah besar banget!” “Iyaaa... oh ya mamamu itu yang kerja di
rumahku kan?” “iyaaaa...” jawabku dengan sedikit malu. “oh ya kapan-kapan kamu main ke rumahku ya...” “Okeeee......” Rasanya perbincangan itu cukup seru, sehingga aku lupa untuk pergi ke sekolah. Dari kejauhan ibuku sudah memanggilku, sehingga aku pamit pulang ke rumah. Sesampainya di rumah aku bertanya kepada Ibu “Bu tadi itu yang rumahnya di sana siapa?” “Itu Vania, dia baru saja pindah dari Australia” jawab Ibu. Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 06:45. Aku pun berpamit kepada Ibu untuk pergi ke sekolah.
 Di tengah perjalanan, tiba-tiba ada mobil yang ingin menabrakku. Aku terkejut, mobil itu melaju dengan sangat kencang, sehingga mobil itu tidak sempat berhenti. Dalam mobil itu aku melihat seorang gadis. Ia cantik, putih, dan cukup seksi. Sehingga mukanya selalu ada di benakku. Sesampainya aku di depan pintu gerbang sekolah, pintu gerbang sekolah sudah di tutup. Dari luar aku memanggil Pak Iwan yang bertugas menjaga sekolah waktu itu. “Ah terlambat terus kamu! Udah bajunya kotor banget lagi. Dicuci ga sih ?!” “Ah bapak kayak ga tau saya aja... saya ini kan orang miskin ga mampu. Ya udah pak bukain dulu dong gerbangnya” “Ya udah cepet masuk, sekali lagi kamu terlambat Bapak ga mau buka...” “Iya bawel banget sih”.
Saat aku mau masuk kelas, dari luar aku melihat mobil yang hampir menabrakku tadi. Aku melihat wajah gadis itu, dan ternyata itu dia! Ternyata mobil yang tadi hampir menabrakku adalah mobilnya Gita. Dia adalah gadis tercantik disekolahku. “Hei miskin kalau jalan itu lihat-lihat dong. Untuk mobilku ga lecet!” “Eh Gita kamu yang salah tau ,ya udah deh aku minta maaf.” Aku menjulurkan tanganku kepada Gita. “Iewwhh KAMSEUPAY!” Gita memukul tanganku, lalu dia jalan meninggalkanku. Tiba-tiba lonceng berbunyi dan pelajaran pertama adalah Matematika. Dari kejauhan aku melihat Pak Yoseph dan Bu Mawar datang dengan seorang murid baru. Oh aku tahu itu Vania tetanggaku. “Selamat pagi anak-anak” sapa Bu Mawar selaku kepala sekolahku. “Selamat pagi bu” “Anak-anak hari ini ada murid baru namanya Vania, dia baru saja pindah dari Australia. Ayo Vania duduk dengan siapa saja yang kamu mau.” Perintah Bu Mawar kepada Vania. Ternyata Vania duduk dengan aku, karena kebetulan bangkuku kosong. Dari bangku sebelah, Gita mulai mengolok-olok aku. “Ih Vania jangan duduk sama si KAMSEUPAY, cantik-catik gitu...” Seluruh kelas langsung menertawakan aku. Aku hanya tertunduk malu. Aku lihat Vania cuek duduk bersamaku.
Lonceng tanda pulang sekolahpun berbunyi. Dari kejauhan Pak Iwan memanggilku “Jordy Bu Mawar ada panggil kamu di kantor Kepala Sekolah.” Aku pun langsung beranjak ke ruang Kepala Sekolah. “Tok tok tok” “Ya masuk...” “Ibu ada apa memanggil saya??” sebenarnya aku tahu pasti Bu Mawar membicarakan tentang iuran sekolahku. “Begini Jordy kamu belum bayar uang sekolah sudah 1 tahun. Besok diharapkan kamu datang dengan Ibumu.” “Baik bu.” Aku pun beranjak dari kantor kepala sekolah, dan pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, aku langsung membicarakan hal itu kepada ibuku.
***
Hari ini aku bersama ibuku,pergi ke sekolah. Setelah keluar dari rumah tiba-tiba Vania memanggilku, ”Jordy!” aku lihat Vania dari seberang rumahku, akupun menghampirinya. “Mau pergi ke sekolahkan? Kita bareng-bareng aja... aku juga mau ke sekolah kok” “kamu ga malu ya sama aku? Aku ini kan orang miskin” aku pun tertunduk “malu buat apa? Kita kan sama-sama manusia, ayo udah masuk aja” aku dan ibu pun masuk ke dalam mobilnya Vania. Di dalam mobilnya, Vania bertanya kepada ibuku “ibu tumben antar Jordy ke sekolah?” “Iya Van, Kepala Sekolahnya Jordy ada panggil Ibu soalnya Ibu belum bayar uang sekolah” “Aduh ya ampun bu kasian banget Jordy, nanti aku bilangin papa ya... Soalnya aku liat Jordy anaknya juga pinter kok” “Aduh van ga usah...” Sesampainya di sekolah, aku dan Ibu langsung ke kantornya bu Mawar. “Selamat pagi Bu” sapa Ibuku “Eh Bu Siska masuk bu. Begini bu maksud saya memanggil ibu ke sini karena Ibu belum bayar uang sekolah. Saya liat Jordy itu anak yang pintar, jadi saya beri keringanan Ibu lunaskan bulan depan. Gimana bisa ga bu?” “oh ya bu makasi ya bu” . Di tengah perbincangan,tiba-tiba aku melihat ada seseorang yang mengintip dari jendela kepala sekolah. Aku pun menghampirinya, ternyata itu Vania. “Van ngapain di sini?” “Sssssstttt..diem-diem aja” Vania pun langsung lari meniggalkan aku. Aku pun langsung ijin ke Ibu dan Bu Mawar untuk masuk ke kelas.
Pelajaran pertama adalah Bahasa Indonesia. Ibu Anggi mengadakan kerja kelompok, dan ternyata aku 1 kelompok dengan Vania. Aku dna Vania pun merencakan sehabis pulang sekolah aku langsung ke rumah Vania untuk mengerjakan tugas yang diberikan.
Setelah pulang sekolah, aku dan Vania langsung ke rumahnya. Saat sedang mengerjakan tugas,Vania memegang tanganku. “Van jangan” aku menolaknya “tapi Jordy aku sayang sama kamu” aku hanya diam saja tidak menyangka bahwa Vania menyukaiku. Tak terasa waktu hampir sore, aku berpamitan kepada Vania untuk pulang. Kerja kelompok itu berlangsung selama 2 minggu. Setiap aku belajar sama Vania, aku merasakan ada yang beda di hatiku. Aku merasa malu jika bertemu Vania. Sore itu ketika aku dan Vania ber2.... “Van aku mau ngomong sesuatu” “ngamong apa jor?” Vania tampak kebingungan. “A....a.... aku suka sama kamu, kamu mau ga jadi pacar aku?” Tiba-tiba Vania memelukku dan berkata “aku mau kok Jor”. Saat Vania memelukku aku merasa beda sekali. Aku langsung,mengecup bibirnya. Vania pun membalasnya dengan kecupan yang begitu indah.
***
             Keesokan harinya, di sekolah aku bertemu bersama Gita hal yang sama dilakukan oleh Gita adalah mengolok aku jika aku bertemu dengan nya  “Ih Vania kamu ngapain jalan sama orang miskin kayak dia? pegangan tangan lagi...” “Git sorry ya ini pacar gue, jangan macem-macem sama dia” Aku terkejut Vania berani mengakui bahwa aku adalah pacarnya. “APA VAN ? Lu pacaran sama si miskin ini? Lu udah gila ya? OH MY GOD” Gita pun meninggalkan aku dan Vania.
            Ketika di rumah, aku ingat akan foto yang aku temukan waktu itu. Aku pun hendak bertanya kepada Ibu. “Bu, kira-kira ibu kenal ga sama orang yang ada di foto ini?” sejenak Ibu terdiam “Nak kamu dengar baik-baik ya. Kamu kan udah besar Ibu ingin menceritakan ini kepadamu. Ini adalah bapakmu. Ia sudah lama meninggalkan kita sejak kamu kecil. Karena itu kita hidup susah begini. Dia juga adalah teman baik papanya Vania.” ibu pun menangis “ibu bilang waktu itu bapak udah meninggal. Kalau gitu aku mau cari bapak” aku pun pergi meninggalkan Ibu. Ibu memanggil aku tapi aku hiraukan. Aku tidak tau mau kemana mencari bapak, tapi aku inget kalo ibu bilang bapak adalah teman baik papanya Vania. Aku pun ke rumah nya Vania. Sesampainya aku di sana, aku langsung betemu dengan papanya Vania. Karena kebetulan itu hari libur. “eh Jordy mari masuk, sebentar om panggilin Vania dulu ya” “Eh om ga usah aja, saya ada perlu dengan om. Om kenal bapak saya kan? Bisa ga om anter saya ke bapak saya?” “Jor kamu tau dari mana? Maaf Jor om ga bisa” “om saya minta mohon om tolong antar saya” “baiklah mari ikut om”
            Di sepanjang perjalanan aku memikirkan Ibu, aku merasa bersalah telah meniggalkan dia. Terlihat dari luar, sudah ada penjaga yang menunggu. “tin tin tin” klakson papanya Vania di bunyikan. Langsung ada penjaga yang keluar, “selamat pagi pak” sapa papanya Vania. “Pagi pak, eh Pak Jeremy silahkan masuk”. Satpam itu pun langsung membuka pintu kantor. Saya dan papanya Vania langsung masuk ke ruang papa saya. menurut cerita dari papanya Vania, papaku adalah pendiri utama perusahaan itu. Tiba-tiba aku melihat seorang bapak yang keluar dari ruangan nya, muka nya persis seperti yang ada di foto itu. Tidak salah lagi itu pasti papaku. Aku pun langsung lari memeluknya. Papaku kaget dan bingung “kamu ini Jordy kan anakku?” “PAPA, aku rindu sama papa.” Aku pun menangis. Papa pun begitu. “Jordy, mama di mana?” “mama ada di rumah pa” “mari kita sama-sama,papa udah rindu sama mama.” Aku dan papa pun bergegas ke rumah.
            Setelah sampai di rumah, ternyata mama tidak ada. Aku cari dimana-mana tetap tidak menemukan mama. Aku pun langsung ke kamar mama, ternyata mama sudah tergelatak di bawah lantai. Di samping mama ada sebuah foto. Di dalam foto itu ada aku ketika masih kecil, papa, dan mama. Aku balikan foto itu, terdapat sebuah tulisan “Semoga kamu hidup bahagia dengan papamu” Aku pun kaget dan tidak bisa menahan air mata ku .
           
THE END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar