Oleh:Theodorus Silvano Kerans
Langkah
kakiku terhenti oleh sebuah foto yang berada di depan kakiku. Di kala itu aku
hendak pulang ke rumah ibuku. Aku bingung, sejenak berdiam diri memangdang foto
itu. “Siapakah dia?” Tanyaku dalam hati. Segera aku masukkan foto itu kedalam
sakuku dan aku hendak meneruskan perjalananku. Di sepanjang perjalananku, aku
memandang foto itu untuk kesekian kalinya.
Sesampainya
di rumah, aku terhenti ketika Ibu
bertanya kepadaku “Nak dari mana?” “Habis ngamen bu... Ibu ada masak ga? Aku
laper banget!” tanyaku. Dengan mimik muka yang bersalah Ibu menjawab “maaf nak
ibu ga masak. Hari ini ibu ga dapet uang sama sekali.” “ya udah bu gapapa, aku
tadi dapet uang kok pas ngamen, mungkin cukup buat kita makan 1 hari ini.” Ibu
pun tersenyum, namun aku tahu sebenarnya Ibu tidak rela kalau aku yang membeli
makanan untuk hari ini.
***
Keesokan
harinya,pagi-pagi benar aku sudah bangun. Aku membantu Ibu
mencuci
baju, dan mengurusi rumah. Setelah semuanya selesai, tiba-tiba ada seorang
gadis
yang
mungkin seumuranku. Ia memanggilku dari seberang jalan sana, aku menghampirinya
dan
bertanya “kenapa kak?” Ia menjawab “Ga usah manggil kak, panggil aja aku Vania.
Nama kamu siapa? Aku tetangga barumu looohh!” “Oh kak Vania..eh Vania aku
Jordy. Rumah sebesar ini rumahmu? Wah besar banget!” “Iyaaa... oh ya mamamu itu
yang kerja di
rumahku
kan?” “iyaaaa...” jawabku dengan sedikit malu. “oh ya kapan-kapan kamu main ke
rumahku ya...” “Okeeee......” Rasanya perbincangan itu cukup seru, sehingga aku
lupa untuk pergi ke sekolah. Dari kejauhan ibuku sudah memanggilku, sehingga
aku pamit pulang ke rumah. Sesampainya di rumah aku bertanya kepada Ibu “Bu
tadi itu yang rumahnya di sana siapa?” “Itu Vania, dia baru saja pindah dari
Australia” jawab Ibu. Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 06:45. Aku pun
berpamit kepada Ibu untuk pergi ke sekolah.
Di tengah perjalanan, tiba-tiba ada mobil yang
ingin menabrakku. Aku terkejut, mobil itu melaju dengan sangat kencang, sehingga
mobil itu tidak sempat berhenti. Dalam mobil itu aku melihat seorang gadis. Ia
cantik, putih, dan cukup seksi. Sehingga mukanya selalu ada di benakku.
Sesampainya aku di depan pintu gerbang sekolah, pintu gerbang sekolah sudah di
tutup. Dari luar aku memanggil Pak Iwan yang bertugas menjaga sekolah waktu
itu. “Ah terlambat terus kamu! Udah bajunya kotor banget lagi. Dicuci ga sih
?!” “Ah bapak kayak ga tau saya aja... saya ini kan orang miskin ga mampu. Ya
udah pak bukain dulu dong gerbangnya” “Ya udah cepet masuk, sekali lagi kamu
terlambat Bapak ga mau buka...” “Iya bawel banget sih”.
Saat
aku mau masuk kelas, dari luar aku melihat mobil yang hampir menabrakku tadi.
Aku melihat wajah gadis itu, dan ternyata itu dia! Ternyata mobil yang tadi
hampir menabrakku adalah mobilnya Gita. Dia adalah gadis tercantik disekolahku.
“Hei miskin kalau jalan itu lihat-lihat dong. Untuk mobilku ga lecet!” “Eh Gita
kamu yang salah tau ,ya udah deh aku minta maaf.” Aku menjulurkan tanganku
kepada Gita. “Iewwhh KAMSEUPAY!” Gita memukul tanganku, lalu dia jalan
meninggalkanku. Tiba-tiba lonceng berbunyi dan pelajaran pertama adalah
Matematika. Dari kejauhan aku melihat Pak Yoseph dan Bu Mawar datang dengan
seorang murid baru. Oh aku tahu itu Vania tetanggaku. “Selamat pagi anak-anak” sapa
Bu Mawar selaku kepala sekolahku. “Selamat pagi bu” “Anak-anak hari ini ada
murid baru namanya Vania, dia baru saja pindah dari Australia. Ayo Vania duduk
dengan siapa saja yang kamu mau.” Perintah Bu Mawar kepada Vania. Ternyata
Vania duduk dengan aku, karena kebetulan bangkuku kosong. Dari bangku sebelah, Gita
mulai mengolok-olok aku. “Ih Vania jangan duduk sama si KAMSEUPAY, cantik-catik
gitu...” Seluruh kelas langsung menertawakan aku. Aku hanya tertunduk malu. Aku
lihat Vania cuek duduk bersamaku.
Lonceng
tanda pulang sekolahpun berbunyi. Dari kejauhan Pak Iwan memanggilku “Jordy Bu
Mawar ada panggil kamu di kantor Kepala Sekolah.” Aku pun langsung beranjak ke
ruang Kepala Sekolah. “Tok tok tok” “Ya masuk...” “Ibu ada apa memanggil
saya??” sebenarnya aku tahu pasti Bu Mawar membicarakan tentang iuran
sekolahku. “Begini Jordy kamu belum bayar uang sekolah sudah 1 tahun. Besok
diharapkan kamu datang dengan Ibumu.” “Baik bu.” Aku pun beranjak dari kantor
kepala sekolah, dan pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, aku langsung
membicarakan hal itu kepada ibuku.
***
Hari
ini aku bersama ibuku,pergi ke sekolah. Setelah keluar dari rumah tiba-tiba
Vania memanggilku, ”Jordy!” aku lihat Vania dari seberang rumahku, akupun
menghampirinya. “Mau pergi ke sekolahkan? Kita bareng-bareng aja... aku juga
mau ke sekolah kok” “kamu ga malu ya sama aku? Aku ini kan orang miskin” aku
pun tertunduk “malu buat apa? Kita kan sama-sama manusia, ayo udah masuk aja”
aku dan ibu pun masuk ke dalam mobilnya Vania. Di dalam mobilnya, Vania
bertanya kepada ibuku “ibu tumben antar Jordy ke sekolah?” “Iya Van, Kepala
Sekolahnya Jordy ada panggil Ibu soalnya Ibu belum bayar uang sekolah” “Aduh ya
ampun bu kasian banget Jordy, nanti aku bilangin papa ya... Soalnya aku liat
Jordy anaknya juga pinter kok” “Aduh van ga usah...” Sesampainya di sekolah,
aku dan Ibu langsung ke kantornya bu Mawar. “Selamat pagi Bu” sapa Ibuku “Eh Bu
Siska masuk bu. Begini bu maksud saya memanggil ibu ke sini karena Ibu belum
bayar uang sekolah. Saya liat Jordy itu anak yang pintar, jadi saya beri
keringanan Ibu lunaskan bulan depan. Gimana bisa ga bu?” “oh ya bu makasi ya
bu” . Di tengah perbincangan,tiba-tiba aku melihat ada seseorang yang mengintip
dari jendela kepala sekolah. Aku pun menghampirinya, ternyata itu Vania. “Van
ngapain di sini?” “Sssssstttt..diem-diem aja” Vania pun langsung lari
meniggalkan aku. Aku pun langsung ijin ke Ibu dan Bu Mawar untuk masuk ke
kelas.
Pelajaran
pertama adalah Bahasa Indonesia. Ibu Anggi mengadakan kerja kelompok, dan
ternyata aku 1 kelompok dengan Vania. Aku dna Vania pun merencakan sehabis
pulang sekolah aku langsung ke rumah Vania untuk mengerjakan tugas yang
diberikan.
Setelah
pulang sekolah, aku dan Vania langsung ke rumahnya. Saat sedang mengerjakan
tugas,Vania memegang tanganku. “Van jangan” aku menolaknya “tapi Jordy aku
sayang sama kamu” aku hanya diam saja tidak menyangka bahwa Vania menyukaiku.
Tak terasa waktu hampir sore, aku berpamitan kepada Vania untuk pulang. Kerja
kelompok itu berlangsung selama 2 minggu. Setiap aku belajar sama Vania, aku
merasakan ada yang beda di hatiku. Aku merasa malu jika bertemu Vania. Sore itu
ketika aku dan Vania ber2.... “Van aku mau ngomong sesuatu” “ngamong apa jor?” Vania
tampak kebingungan. “A....a.... aku suka sama kamu, kamu mau ga jadi pacar
aku?” Tiba-tiba Vania memelukku dan berkata “aku mau kok Jor”. Saat Vania
memelukku aku merasa beda sekali. Aku langsung,mengecup bibirnya. Vania pun
membalasnya dengan kecupan yang begitu indah.
***
Keesokan harinya, di sekolah aku bertemu
bersama Gita hal yang sama dilakukan oleh Gita adalah mengolok aku jika aku
bertemu dengan nya “Ih Vania kamu
ngapain jalan sama orang miskin kayak dia? pegangan tangan lagi...” “Git sorry
ya ini pacar gue, jangan macem-macem sama dia” Aku terkejut Vania berani
mengakui bahwa aku adalah pacarnya. “APA VAN ? Lu pacaran sama si miskin ini?
Lu udah gila ya? OH MY GOD” Gita pun meninggalkan aku dan Vania.
Ketika di rumah, aku ingat akan foto
yang aku temukan waktu itu. Aku pun hendak bertanya kepada Ibu. “Bu, kira-kira
ibu kenal ga sama orang yang ada di foto ini?” sejenak Ibu terdiam “Nak kamu
dengar baik-baik ya. Kamu kan udah besar Ibu ingin menceritakan ini kepadamu.
Ini adalah bapakmu. Ia sudah lama meninggalkan kita sejak kamu kecil. Karena
itu kita hidup susah begini. Dia juga adalah teman baik papanya Vania.” ibu pun
menangis “ibu bilang waktu itu bapak udah meninggal. Kalau gitu aku mau cari
bapak” aku pun pergi meninggalkan Ibu. Ibu memanggil aku tapi aku hiraukan. Aku
tidak tau mau kemana mencari bapak, tapi aku inget kalo ibu bilang bapak adalah
teman baik papanya Vania. Aku pun ke rumah nya Vania. Sesampainya aku di sana, aku
langsung betemu dengan papanya Vania. Karena kebetulan itu hari libur. “eh
Jordy mari masuk, sebentar om panggilin Vania dulu ya” “Eh om ga usah aja, saya
ada perlu dengan om. Om kenal bapak saya kan? Bisa ga om anter saya ke bapak
saya?” “Jor kamu tau dari mana? Maaf Jor om ga bisa” “om saya minta mohon om
tolong antar saya” “baiklah mari ikut om”
Di sepanjang perjalanan aku
memikirkan Ibu, aku merasa bersalah telah meniggalkan dia. Terlihat dari luar, sudah
ada penjaga yang menunggu. “tin tin tin” klakson papanya Vania di bunyikan.
Langsung ada penjaga yang keluar, “selamat pagi pak” sapa papanya Vania. “Pagi
pak, eh Pak Jeremy silahkan masuk”. Satpam itu pun langsung membuka pintu
kantor. Saya dan papanya Vania langsung masuk ke ruang papa saya. menurut
cerita dari papanya Vania, papaku adalah pendiri utama perusahaan itu.
Tiba-tiba aku melihat seorang bapak yang keluar dari ruangan nya, muka nya
persis seperti yang ada di foto itu. Tidak salah lagi itu pasti papaku. Aku pun
langsung lari memeluknya. Papaku kaget dan bingung “kamu ini Jordy kan anakku?”
“PAPA, aku rindu sama papa.” Aku pun menangis. Papa pun begitu. “Jordy, mama di
mana?” “mama ada di rumah pa” “mari kita sama-sama,papa udah rindu sama mama.”
Aku dan papa pun bergegas ke rumah.
Setelah sampai di rumah, ternyata
mama tidak ada. Aku cari dimana-mana tetap tidak menemukan mama. Aku pun
langsung ke kamar mama, ternyata mama sudah tergelatak di bawah lantai. Di
samping mama ada sebuah foto. Di dalam foto itu ada aku ketika masih kecil, papa,
dan mama. Aku balikan foto itu, terdapat sebuah tulisan “Semoga kamu hidup
bahagia dengan papamu” Aku pun kaget dan tidak bisa menahan air mata ku .
THE END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar