FRANSISKUS XAVERIUS SEELOS, CSsR |
Semangat
pelayanan dan pengorbanan adalah suatu
hal yang sangat penting dalam hidup, sebab pelayanan dan pengorbanan ini
dapat menghantar kita menuju pada hidup yang lebih sempurna. Demikian halnya
dengan perjalanan hidup dari Beato Fransiskus Xaverius Seelos. Dalam usianya
yang ke-24, Beato Fransiskus Seelos dengan berani meninggalkan Jerman tanah
airnya untuk datang dalam dunia baru di Amerika. Di Amerika ia menyerahkan
seluruh hidupnya dengan memberikan pelayanan kepada orang-orang imigran yang
miskin, sakit, kesepian dan ditolak. Hari demi hari ia selalu menampakkan cinta
kasih Kristus kepada mereka yang dilayaninya tanpa mengharapkan imbalan.
Pada tahun 1820, Gereja-Gereja di
Amerika mengalami kelimpahan umat yang mana umat-umat ini adalah kebanyakan
orang imigran yang datang dari Eropa. Namun dengan kelimpahan ini, Gereja
mendapat masalah dalam pelayanan karena jumlah imam yang ada pada saat itu
masih sangat kurang. Untuk mengatasi masalah ini, pada tahun 1830 Uskup di
Amerika mengajuhkan permohonan kepada Gereja-Gereja di Eropa untuk mengutus
pelayan-pelayan Tuhan guna membantu melayani umat Allah yang ada di tanah
Amerika. Menanggapi permohonan ini, pada tahun 1832 superior Redemptoris di
sebelah utara pegunungan Alpen , Pater Yoseph Passerat CSsR mengut 3 imam dan 3
bruder untuk bekerja sebagai misionaris di Amerika.
Sebelas tahun kamudian yakni pada
tahun 1843, Frasiskus Xaverius Seelos datang ke Amerika untuk mengikuti jejak
para perintisnya. Dalam menjalankan tugasnya di Amerika, Pater Seelos tidak
hanya bekerja sebagai pastor paroki namun juga sebagai direktur seminari,
superior komunitas, pengajar paara katekumen, bapak pengakuan dan lain
sebagainya. Setelah 24 tahun berkarya di Amerika, Pater Seelos akhirnya
menghembuskan nafas terakhirnya di New Orleans karena menderita penyakit demam
kuning. Ribuan orang datang ke Gereja Santa Maria Asumpta untuk berdoa dan
melihat jenazahnya sebelum ia dikuburkan. Melihat kebaikan yang selalu
ditunjukkannya selama hidupnya, ribuan orang pun mendukung Pater Seelos untuk
diangkat menjadi orang kudus. Akhirnya pada tanggal 9 April 2000, Pater Fransiskus
Xaverius Seelos secara resmi diangkat sebagai Beato oleh Paus Yohanes Paulu II.
Melalui perjalanan panggilannya untuk menjadi pelayanan Tuhan , akhirnya Pater Fransiskus Seelos menemukan
dua hal yang menjadi harta kekayaanya yakni kebahagiaan dan kekudusan.
Masa kecil Fransiskus Seelos
Pada tanggal 1
Januari 1819 di Fussen, kota kecil di bawah pegunungan Alpen, Jerman lahirlah
sorang anak dari pasangan Mang Seelos dan Fransiska Schwarzenbach. Pada hari
yang sama juga, di Gereja Santo Mang anak itu dibabaptis dengan nama Fransikus
Xaverius Seelos. Seelos merupakan anak ke 6 dari 12 bersaudara. Ketika masih
berusia dini, Seelos menderita peyakit usus. Penyakit yang pada zaman itu sangat
membahayakan membuat keluarganya tidak yakin bahwa Seelos akan berumur panjang.
Penyakit yang dideritanya ini pun membuat ia sedikti terlambat memulai
pendidikannya di sekolah dasar. Seelos baru memulai pendidikannya di SD Fusen
pada bulan Januari 1825. Walaupun terlambat, namun dalam menjalankan tugasnya
Seelos selalu mendapatkan prestasi yang baik di sekolahnya. Selain berprestasi
di sekolah, Seelos juga selalu aktif dalam kegiatan-kegiatan rohani di Gereja.
Ia diangkat menjadi putra altar pada usia 9 tahun dan 2 tahun kemudian yakni
pada tahun 1830, Seelos menerima komuni suci pertama.
Perjalanan pendidikannya di SD
berjalan dengan baik sehingga pada tahun 1831 Seelos dapat menyelesaikan
pendidikannya. Seelos sebenarnya mempunyai keinginan untuk melanjutkan pendidikannya
ke jenjang yang lebih tinggi namun namun terbentur dengan persoalan biaya.
Keluarganya tidak memiliki beiaya yang cukup untuk membiayai pendidikan Seelos
lebih lanjut. Permasalahan ini akhirnya dapat diatasi berkat bantuan pastor
parokinya, Pater Fransiskus Anton Heim yang bersedia menolong Fransiskus seelos
untuk melanjutkan pendidikannya pada Gymnasium di Augsburg. Sebelum masuk
Gymnasium, terlebih dahulu Seelos harus menjalani persiapan selama 3 tahun.
Seelos menjalani 1 tahun masa persiapan di Fussen dan sesudah itu ia
melanjutkan di sekolah persiapan milik Lembaga Santo Stefanus di Augsburg.
Setelah menyelesaikan pendidikannya
di sekolah persiapan, Seelos kemudian melanjutkan pendidikannya di Gymnasium pada
lembaga yang sama selam 4 tahun. Selama kurang lebih 6 tahun menjalankan pendidikannya di lembaga Santo
Stefanus di Augsburg Seelos mempunyai prestasi
yang baik dan selalu masuk dalam rangking 5 besar dalam kelasnya. Pada
tahun 1893 Seelos menamatkan pendidikannya di Gymnasium tersebut.
Jejak Panggilan Fransiskus Seelos
Fransiskus
Xaverius Seelos dibesarkan dalam keluarga yang sederhana. Ayahnya adalah
seorang penenun dan ibunya adalah seorang petani. Walapun hidup sederhana,
orangtua ini menjadi panutan bagi anak-anaknya dalam kehidupan mereka. Mang
Seelos dan Fransiska Schwarzenbach selalu mengajarkan kepada anak-anak mereka
untuk selalu berdoa pada saat memulai dan mengakhiri kegiatan atau tugas
mereka. Tak hanya itu, pada saat malam pun ketika hendak tidur Fransiska
Schwarzenbach selalu membacakan buku-buku rohani untuk anak-anaknya yang masih
kecil. Ketika Seelos masih kecil, pada suatu malam ibunya membacakan riwayat
hidup dari santo Fransiskus Xaverius yang menjadi nama pelindungnya dan setelah
mendengarnya Seeelos menangis dan berkata “ aku mau menjadi Fransiskus Xaverius.”
Hari demi hari benih panggilan itu
makin bersemi dalam diri Fransiskus Seelos. Oleh karena itu, setelah menamatkan
pendidikannya di Gymansium, pada wahun 1893 Fransiskus melanjutkan studinya di
Universitas Munchen. Di universitas ini Seeolos belajar filsafat selama 2 tahun
dan setelah menyelesaikan studi filsafatnya, pada tahun yang sama juga yakni pada
tahun 1841 ia dapat melanjutkan studinya di Universitas itu dengan belajar
teologi. Ketika menempuh pendidikan di Univeristas Munchen pada mulanya Fransiskus
bercita-cita menjadi imam diosesan karena ingin berkarya di daerah asalnya dan
dekat dengan keluarganya. Namun pada suatu malam, ia melihat Bunda Maria
menanampakkan diri kepadanya. Penampakan ini menyadarkan Seelos untuk mengubah
panggilan awalnya dan menjadi imam misionaris. Mimpi atau misi Marianisme dalam
dirinya dapat meyakinkan Fansiskus Seelos untuk menggabungkan dirinya bersama
Konggregasi Sang Penebus Maha Kudus (CSsR).
Sadar akan panggilan hidupnya yang
sesungguhnyya setelah mengalami penglihatan itu, maka pada musim dingin di
tahun 1842 Fransiskus Seelos meninggalkan universitasnya, berhenti dari studi
teologinya dan mengirim surat lamaran untuk bergabung menjadi anggota
Konggregasi Redemptoris di Amerika. Beberapa bulan kemudian surat balasan dari
superior tiba, sebagai jawabannya Fansiskus Seelos diterima menjadi anggota
Redemptoris.
Masuk menjadi Redemptoris
Pada waktu mempersiapkan diri untuk
berangkat ke tanah misi, Fransiskus tinggal beberapa saat di komunitas
Redemptoris di Altotting. Walaupun pasportnya sudah keluar pada tanggal 27
Desember 1842 namun baru pada tanggal 7 Maret 1843, Fransiskus bersama ketiga
teman Redemptoris lainnya dapat berangkat ke Amerika dengan menumpang kapal Nikolaus.
Pada tangggal 20 April 1843 kapal yang mereka tumpangi tiba di Amerika. Mereka
kemudian disambut dan diterima oleh Superior Redemptoris New York, Pater Gabriel
Rumpler. Dalam bulan yang sama juga, Fransiskus Seelos masuk Novisiat
Redemptoris di Paroki St. Yakobus di Baltimore. Dalam Novisiat ini, penyediaan
buku-buku rohani dan ibadah yang digunakan untuk membangun kehidupan rohani
anggotanya sangat minim, namun Fransiskus Seelos tetap merasa senang dan nyaman
akan tempat itu.
Sesudah menjalankan masa novisiatnya
selama 1 tahun penuh, maka pada tanggal 16 Mei 1844, Fransiskus Xaverius Seelos
mengikrarkan kaulnya sebagai anggota Redemptoris. Kemudian sesudah itu, pada
tahun yang sama juga yakni pada tanggal 22 Desember 1844, Fransiskus Xaverius
Seelos ditahbiskan menjadi imam di Gereja St. Yakobus Baltimore. Setelah
ditahbiskan ia pun membantu memberikan pelayanan kepada umat di paroki di mana
ia ditahbiskan selama 8 bulan.
Kematian Pater Fransiskus Xaverius Seelos
Di saat Pater Fransisku Xaverius Seelos
menjalankan tugasnya sebagai imam chaplan, dalam tahun 1867 di New Orleans tersebar virus demam kuning yang
mengakibatkan 150.000 penduduk mengidap virus dan 5000 penduduk meninggal.
Sebagai pastor chaplan, setiap hari Pater Fransiskus harus pergi mengikuti
upacara penguburan bagi mereka yang telah meninggal dan ia pun harus
mengunjungi mereka yang sudah terjangkit virus itu. Walaupun ia merasa kurang
baik namun ia tetap menjalankan tugasnya dengan penuh semangat khusunya dalam
memberikan perawatan kepada mereka yang terjangkit virus dan selalu hadir
bersama mereka hingga mereka menghembuskan nafas yang terakhir.
Pada
tanggal 17 September 1867, Pater Fransiskus menjadi takut akan dirinya karena
pukul 15.00 setelah pulang melayani orang sakit, badannya menjadi lemah yang
mengkibatkan ia terjatuh di kamarnya. Melihat hal ini, awalnya salah seorang
konfraternya mengira bahwa Pater Fransiskus hanya menderita penyakit demam
biasa. Namun pada hari-hari berikutnya mereka melihat Pater Fransiskus tidak
mempunyai nafsu makan, akhirnya mereka pun menyadari dan mengetahui bahwa Pater
Fransiskus telah menderita demam kuning. Peristiwa ini membuat semua
konfraternya sangat sedih karena mereka tahu bahwa penyakit yang menyerang
Pater Fransiskus akan mengakhiri kebersamaan mereka.
Pada
dini hari, Jumat 4 Oktiber 1867 suasana duka meliputi Paroki Sta. Maria
Asumpta, New Orleans karena pada hari itu Pater Fransiskus kelihatannya sangat
lemah jika dibandingkan hari-hari sebelumnya. Konfraternya berdatangan untuk mendoakan
dia. Mereka juga meminta izin kepada Pater Fransiskus untuk menyanyikan kidung
Maria yang merupakan kidung kesayangannya. Mendengar itu Pater Fransiskus
tersenyum gembira dan pada sore hari sebelum pukul 18.00, Pater Fransiskus
akhirnya meninggal dunia dengan tenang. Lonceng Gereja Sta. Maria Asumpta
dibunyikan dan dengan segera sahabat-sahabatnya berdatangan untuk mendoakannya.
Pada
tanggal 5 Oktober 1867, semua orang dari berbagai golongan, baik orang kaya,
miskin, orang kulit hitam, orang kulit putih, penduduk asli maupun orang
imigran datang ke Gereja Sta. Maria Asumpta untuk memberikan rasa hormat kepada
Pater Fransiskus dengan mengikuti doa dan misa requem. Setelah misa, petih
jenazah dibawa oleh 4 orang Bruder dan 4 orang awam sambil membuat perarakan
mengelilingi Gereja Sta. Maria Asumpta dan kemudian dimakamkan di ruangan bawah
tanah gereja tersebut.
Pengabdian
dan pengorbanan dalam tugas pelayanan sampai menghembuskan nafas terakhirnya di
Paroki Sta. Maria Asumpta membuktikan bahwa Pater Frnasiskus Xaverius Seelos
telah mengikuti jejak pelindungnya Santo Fransiskus Xaverius.
Pater Fransiskus diberi Gelar Orang Kudus
Meskipun
jenazahnya telah dimakamkan namun kenangan akan dirinya tidak dapat dilupakan
oleh orang-orang yang pernah hidup dan merasakan kebaikan darinya. Kebaikan
Pater Fransiskus Seelos dalam tugas pelayanan sewaktu hidupnya membuat beberapa
orang tergerak hati untuk membuatkan riwayat hidupnya dengan mengumpulkan
naskah-naskah dan tulisan-tulsainnya serta meminta dari mereka yang pernah
hidup dan mengenal Pater Fransiskus Seelos untuk menuliskan kenangan mereka
akan beliau.
Pada tahun 1883, Bruder Louis memulai karyanya
dengan meminta keterangan dari Pater John Berger CSsR, penulis biografi Santo
Yohanes Neumann dan seorang murid dari Pater Fransiskus Xaverius Seelos untuk
menulusuri riwayat hidup dari Pater Fransiskus Seelos. Dengan usaha kerasnya,
ia pun dapat mengumpulkan data-data Pater Fransiskus Seelos. Biografi yang
kedua dikumpulkan oleh Pater Zimmer CSsR yang adalah seorang murid dari Pater
Fransiskus Seelos, dan pada tahun 1887, biografi ini diumumkan dengan judul Leben und Wirken des Hochwurdigen P. Franz Seelos, aus der
Congregation des Allerheiligsten Erlosers.
Di
antara tahun 1900 dan 1903, penelitian Gerejawi akan Pater Fransiskus Seelos
diadakan di Pittsburgh, Baltimore, New Orleans dan Augsburg, Jerman. Di
tempat-tempat ini, 67 orang saksi ditanyai tentang kehidupan saleh dan pekerjaan dari Pater Fransiskus Seelos.
Dari ke 67 orang ini, 57 di antaranya adalah mereka yang pernah hidup bersama
dan telah mengenal Pater Fransisikus secara langsung. Catatan-catatan ini
kemudian dikrim ke Roma dengan harapan dalam waktu singkat proses kanonisasi
Pater Fransiskus Xaverius Seelos dapat diterima oleh Vatikan. Namun harapan itu
tidak terjadi dan baru pada tahun 1970, Pater Fransiskus Xaverius Seelos diberi
gelar pelayan Tuhan.
Dalam
pada itu, bagaimanapun juga reputasi kebaikannya tidak dapat hilang dari
pikiran banyak orang. Penggemar-penggemarnya mengenangkannya dengan datang ke
kuburnya untuk berdoa dan meminta pertolongannya dan doa-doa mereka selalu
dikabulkan. Dari kesaksian ini maka penelitian tentang tulisan biografi pada
tahun 1900-1903 diambil dari saksi-saksi dan fakta-fakta dokumen mulai diadakan
lagi. Penelitian ini dipercayakan kepada pater Carl Hoergel CSsR dan hasil
penelitiannya diumumkan pada tahun 1998 dengan judul Documentary Study of the Life, Virtues and Fama for Holiness of the
Servant of God, Francis Xaverier Seelos, Professed Priest of the Congregation
of the Most Holy Redeemer. Pada tanggal 14 Desember, dokumen biografi ini
pun disetujui oleh 6 orang sejahrawan dan pada tanggal 5 Januari 2000 oleh 8 orang Teolog. Dari persetujuan
tersebut maka pada tanggal 27 Januari 2000, pada tahun Yebileum, Paus Yohanes
Paulus II mengumumkan bahwa Pater Fransiskus Xaverius Seelos telah
mempraktekkan nilai-nilai Kristiani di dalam perjuangan hidupnya. Dengan
demikian ia diberi gelar Pater Fransiskus Xaverius Seelos yang patut
dimuliakan.
Pada
hari yang sama juga, Paus Yohanes Paulus II mengumumkan bahwa penyembuhan yang
ajaib bisa dilakukan dengan perantaraan Pater Fransiskus Xaverius Seelos.
Kemudian sesudah itu, pada tanggal 9 April 2000, Paus Yohanes Paulus II memberi
gelar Beato kepada Pater Fransiskus Xaverius Seelos. Beato Frasiskus Xaverius
Seelos, doakanlah kami yang masih berberjuang di dunia ini.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar