Orkes mini Frater CSsR |
Masih
segar dalam ingatan pengalaman ketika saya baru pertama kali berlatih organ dan
gitar. Pengalaman ini terjadi ketika
saya tinggal di Asrama Pewarta Injil Pada Dita Waingapu, Sumba Timur. sebuah
asrama yang dikelolah oleh Kongregasi Redemptoris (CSsR). Saking besarnya keinginan
untuk bisa bermain gitar dan organ saya seringkali harus berlari dari sekolah
menuju asrama. Dengan berlari maka saya akan menghemat waktu, itu berarti saya
memiliki waktu yang cukup untuk berlatih.
Siswa Kelas X Peminatan Bahasa Sesado |
Hal yang hampir sama juga terjadi
jika kami ingin berlatih gitar, khususnya pada malam hari usai makan malam.
Biasanya, begitu doa penutup santap malam selesai teman-teman akan berlari berhamburan
menuju ruang musik atau ruang rekreasi untuk memperebutkan beberapa gitar yang
tersedia. Akibatnya, beberapa teman yang juga ingin berlatih namun terlambat
harus bersabar dan menahan diri, atau tidak menunggu belas kasih dari teman
lain. Sedangkan mereka yang doyan bermain pingpong harus bergerak
menuju meja pingpong untuk memperebutkan meja pingpong
Selama
latihan kami sering didampingi oleh beberapa kakak kelas yang sudah mahir, biasanya
kami memainkan gitar sambil menyanyikan satu dua lagu. Ketika kami melakukan
kesalahan atau merasah jenuh, teman yang sudah mahir akan meperingatkan kami
untuk tidak cepat putus asah. Mereka tidak jenuh mendorong untuk terus
berlatih, salah satu yang mereka tekankan adalah berlatih terus menerus sehingga
kemudian dapat memainkan alat musik tersebut untuk mengiringi sebuah lagu dengan
feeling. Bagi mereka dengan feeling
bararti kita sudah bisa memahami bagaimana sebuah lagu dimainkan, baik itu
teknik memainkannya ataupun chord apa
saja yang digunakan untuk lagu tersebut. Feeling yang baik akan membantu kita
memainkan sebuah lagu dengan sendirinya.
Kebiasaan kerjasama harus dibiasakan sejak dini |
Agar bisa mendapatkan feeling yang baik maka
perlu perjuangan yang tidak sedikit untuk berlatih secara tekun dan juga
tentunya tidak cepat putus asah apalagi cepat berpuas diri. Kemauan keras untuk
berlatih dan didukung dengan disiplin yang tinggi akan menjadikan kita mahir memainkan
alat musik tersebut. Semakin kita mahir dalam memainkan sebuah alat musik
seperti gitar atau organ, feeling kitapun akan semakin terasah. Feeling yang
baik akan membantu kita untuk membawakan sebuah lagu dengan penuh penjiwaan.
Makanya tidaklah mengherankan seseorang yang menyanyikan sebuah lagu dengan
feeling yang luar biasa, akan tampak begitu menikmati setiap dinamika dari lagu
tersebut.
Saking seringnya mendengar kata
“Feeling”, saya kemudian tertarik untuk mencari arti kata tersebut. Ternyata jika diterjemahkan dalam
bahasa Indonesia, kata feeling berarti “perasaan” atau “daya perasaan”. Melirik
dari arti kata ini, saya kemudian berguman “Tidak salah apa yang dikatakan oleh
teman-teman saya dulu, untuk berlatih dengan tekun agar bisa memainkan sebuah
alat musik dengan feeling”. Feeling yang bagus akan mempermuda kita untuk membawakan
sebuah lagu. Dengan feeling yang sudah terasah kita dengannya sendiri akan tahu
kapan sebuah lagu harus dibawakan dengan tempo yang cepat atau lambat, atau kapan
sebuah lagu dibawakan denngan keras dan lembut. Feeling yang yang diasah terus
menerus membuat kita dengan muda memahami bagimana seharusnya membawakan sebuah
lagu dengan benar.
Dengan lain kata, jika feeling kita
sudah terasah dengan sempurna, itu berarti kita sudah sampai pada tahap di mana
kita sudah menyatu dengan alat musik tersebut. Perasaan yang menyatu dengan
alat musik tersebut nampak dari cara kita kita memainkan sebuah alat musik.
Saking kuatnya feeling, kita dengan sendirinya akan tahu kapan sebuah lagu
harus dibawakan dengan irama yang menghentak dan kapan harus dimainkan dengan
irama yang lembut dan tenang. Feeling yang kuat tidak hanya berdampak pada cara
kita memainkan alat musik tersebut, tetapi juga berdampak pada orang lain, khususnya
mereka yang berada di sekitar kita, yang mendengarkan kita memainkan alat musik
tersebut. Di sini kita tidak hanya memiliki “daya perasaan” yang menyatu dengan
alat musik dan lagu tetapi juga dengan orang lain yang mendengarkan kita
berdendang.
Sadar betapa feeling memiliki
kekuatan yang luar bisa, saya kemudian membayangkan bagimana jika feeling yang
berarti perasaan atau daya perasaan ini juga dimiliki oleh setiap orang dalam
kehidupan bersama entah itu dalam lingkup yang kecil seperti dalam lingkungan keluarga,
komunitas, maupun dalam lingkup yang lebih besar seperti lingkungan masyarakat
dan negara. Khususnya lagi dalam konteks keberadaan kita sebagai warga negara
Indonesia yang sangat beragam yang terdiri dan berasal dari latar belakang suku,
budaya dan agama yang juga berbeda.Saya yakin, di sana tidak ada akan lagi yang
namanya perselisihan dan pertengkaran yang mengatasnamakan kepentingan suku dan
agama yang menodai indahnya harmoni kebersamaan yang sudah lama tercipta.
Dengan feeling, setiap orang akan dengan mudah memahami apa yang menjadi
kepentingan orang lain.
Namun, seperti yang saya utarakan di
awal tulisan ini, agar mendapatkan feeling yang kemudian bisa menyatukan kita
dengan orang lain dalam lingkungan tempat kita berada dan kemudian berdampak
dari adanya saling pengertian dibtuhkan perjuangan yang tidak sedikit. Namun
itu bukan mustahil untuk dicapai jika kita memiliki kemauan dan hasrat yang
kuat yang timbul dari dalam hati untuk berjuang menciptakan suatu tatanan
kebersamaan yang dipenuhi dengan harmoni keindahan dan kedamaian. Karena jika
kita sudah terbiasa mengasah feeling kita, maka seperti seorang pemusik yang
tahu bagaimana memperlakukan alat musiknya, kita juga akan tahu dan sadar
bagaimana membawa diri dan memperlakukan orang lain dalam keberagaman dan
kebersamaan lingkungan keluarga, komunitas dan masyarakat.
Feeling yang kuat akan memampukan
kita memahami kebutuhan orang lain. Ketika teman atau tetangga kita bersedih
akibat satu dan lain hal, kita dengan dengan cepat bisa memahami apa yang
menjadi kebutuhan tentangga kita. Atau
dalam lingkup komunitas kecil, seperti keluarga atau biara, dengan
feeling kita dengan sendirinya menjadi sadar kapan saya harus diam dan kapan
saya bisa berteriak. Dengan feeling saya berarti menghormati orang lain, Itu
berarti saya tahu kapan saya harus mengganggu orang lain serta kapan saya harus
menghormati privasi orang lain. Bukan hanya dalam komunitas atau masyarakat,
dalam banyak hal, kita akan mudah memahami kepentingan dan kebutuhan orang
lain. So, “It just about feeling man....”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar